9
Seberapa manusiakah kita?
Posted by Black Sakura
in
kisah
Seberapa manusiakah kita?
Pagi ini aku sadar, bahwa setiap saat kita diuji, seberapa manusiakah kita. Hati kecilku mendefinisikan bahwa menjadi manusia yang manusiawi adalah menyadari nilai kita sebagai seorang manusia. Entah apa itu manusia, aku tak bisa mengungkapkannya, namun yang ku tahu manusia seharusnya bukanlah kolektor harta, bukanlah tugu kehormatan, bukan pula patung yang mampu untuk tidak mengacuhkan sekitarnya. Kadang kita serta merta berbangga menjadi manusia, menggunakan kekuasaan kita untuk semakin menjauh dari menjadi manusia, akhirnya ternyata kita melupakan bagaimana seharusnya kita menjadi manusia.
Pagi ini aku sadar naluriku sebagai manusia semakin melemah. Mataku tak mampu menggerakkan hatiku, hatiku tak mampu menggerakkan tanganku. Betapa lemah rasa kemanusiaanku ini.
Pagi ini, seorang bapak dengan motornya tengah melewati jembatan sempit sepanjang sekitar 50 meter di dekat rumahku. Bapak tersebut nampak tergesa untuk mengantar sesuatu. Motornya yang terlihat tidak baru lagi dimuatinya dengan tumpukkan kertas berwarna pink yang terlihat sangat berat dan licin. Di bawah stang, di belakang jok, semua penuh dengan tumpukan kertas yang yang sangat tebal. Mungkin beratnya lebih dari 20 kg. dengan posisi yang tidak stabil, bapak tersebut oleng, tergelincir dan terjatuh bersama motor dan semua kertasnya. Bapak itu pun panik, tak tahu harus mulai dari mana untuk membenahi semua kekacauan itu, aku yang tepat berada di depannya …, ya Tuhan, betapa bodohnya aku, aku hanya terdiam diatas sepedaku, berpikir pikir apa yang harus kulakukan, memprediksi setiap kemungkinan, kebingungan di tengan jembatan sempit dan mulai macet serta berisiknya orang-orang yang tak sabar ingin lewat. Oh Tuhan, kuhabiskan dua puluh detik sia sia. Hatiku Cuma merasa iba, tapi ia tak mampu membuat otakku berpikir dan membuat tanganku bergerak. Oh Tuhan, hati manusiaku telah melemah.
Seperti ditampar, aku melihat seorang bapak dari ujung jembatan begitu saja meniggalkan motornya yang mesinnya masih menyala, berlari, mengangkatkan kertas yang berserakan dengan cekatan, dan seperti mendapat pencerahan, bapak yang naik motor itu pun segera bangkit mengangkat motornya. Tak kurang dari 1 menit bapak itu berhasil mengangkut kertas-kertasnya kembali. Lalu lintas kembali lancar.
Kawan, bukanlah manusia seharusnya seperti bapak itu, yang hatinya langsung tergerak melihat manusia lain dalam kesulitan, yang tidak menimbang nimbang untung rugi saat keadaan genting. Aku merasa mulai menjadi bukan manusia, betapa hatiku terlalu keras untuk disentuh. Bahkan hanya perlu 20 detik untuk mengetahuinya. Tuhan, aku ingin jadi manusia, benar benar manusia, karena hanya manusia yang benar benar manusialah yang menjadikan dunia ini hidup bukan hanya bergerak dan berubah.
Friday, September 30, 2011
Grandma's room
:: Berapa bintang yang kau beri? ::.
Pagi ini aku sadar, bahwa setiap saat kita diuji, seberapa manusiakah kita. Hati kecilku mendefinisikan bahwa menjadi manusia yang manusiawi adalah menyadari nilai kita sebagai seorang manusia. Entah apa itu manusia, aku tak bisa mengungkapkannya, namun yang ku tahu manusia seharusnya bukanlah kolektor harta, bukanlah tugu kehormatan, bukan pula patung yang mampu untuk tidak mengacuhkan sekitarnya. Kadang kita serta merta berbangga menjadi manusia, menggunakan kekuasaan kita untuk semakin menjauh dari menjadi manusia, akhirnya ternyata kita melupakan bagaimana seharusnya kita menjadi manusia.
Pagi ini aku sadar naluriku sebagai manusia semakin melemah. Mataku tak mampu menggerakkan hatiku, hatiku tak mampu menggerakkan tanganku. Betapa lemah rasa kemanusiaanku ini.
Pagi ini, seorang bapak dengan motornya tengah melewati jembatan sempit sepanjang sekitar 50 meter di dekat rumahku. Bapak tersebut nampak tergesa untuk mengantar sesuatu. Motornya yang terlihat tidak baru lagi dimuatinya dengan tumpukkan kertas berwarna pink yang terlihat sangat berat dan licin. Di bawah stang, di belakang jok, semua penuh dengan tumpukan kertas yang yang sangat tebal. Mungkin beratnya lebih dari 20 kg. dengan posisi yang tidak stabil, bapak tersebut oleng, tergelincir dan terjatuh bersama motor dan semua kertasnya. Bapak itu pun panik, tak tahu harus mulai dari mana untuk membenahi semua kekacauan itu, aku yang tepat berada di depannya …, ya Tuhan, betapa bodohnya aku, aku hanya terdiam diatas sepedaku, berpikir pikir apa yang harus kulakukan, memprediksi setiap kemungkinan, kebingungan di tengan jembatan sempit dan mulai macet serta berisiknya orang-orang yang tak sabar ingin lewat. Oh Tuhan, kuhabiskan dua puluh detik sia sia. Hatiku Cuma merasa iba, tapi ia tak mampu membuat otakku berpikir dan membuat tanganku bergerak. Oh Tuhan, hati manusiaku telah melemah.
Seperti ditampar, aku melihat seorang bapak dari ujung jembatan begitu saja meniggalkan motornya yang mesinnya masih menyala, berlari, mengangkatkan kertas yang berserakan dengan cekatan, dan seperti mendapat pencerahan, bapak yang naik motor itu pun segera bangkit mengangkat motornya. Tak kurang dari 1 menit bapak itu berhasil mengangkut kertas-kertasnya kembali. Lalu lintas kembali lancar.
Kawan, bukanlah manusia seharusnya seperti bapak itu, yang hatinya langsung tergerak melihat manusia lain dalam kesulitan, yang tidak menimbang nimbang untung rugi saat keadaan genting. Aku merasa mulai menjadi bukan manusia, betapa hatiku terlalu keras untuk disentuh. Bahkan hanya perlu 20 detik untuk mengetahuinya. Tuhan, aku ingin jadi manusia, benar benar manusia, karena hanya manusia yang benar benar manusialah yang menjadikan dunia ini hidup bukan hanya bergerak dan berubah.
Friday, September 30, 2011
Grandma's room
:: Berapa bintang yang kau beri? ::.
9 percakapan:
Sesungguhnya kita sadar bahwa orang lain dalam kesulitan, dan ingin membantunya. Tapi dalam hal situasi yang tidak menentu akhirnya hati kita jadi kaku, diam membisu seperti terhipnotis.
BalasHapusnah itu dia, kita nggak punya reflek untuk langsung action saat ada peristiwa, entah itu melihat kesulitan orang ataupun ketika ada kesempatan di depan kita..
BalasHapusSmoga kita bisa bergerak tanpa harus berpikir panjang lagi, reflek dari kemanusiaan kita..
renungan ini tak menjadi sia sia jika mampu menyentuh hati manusia kita...
BalasHapusSemoga dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran dan menjadi manusia yang lebih baik ke depannya.
BalasHapusTerima kasih sahabat atas berbagi artikel yang mengingatkan kepada kita semua bahwa kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Follow sini juga sahabat
Terkadang manusia baru sadar bahwa kita membutuhkan orang lain sewaktu kita dalam kesulitan dan butuh pertolongan orang lain, tetapi waktu kita dalam kesenggangan kita tidak terpikir untuk membantu orang lain walau pun kita melihat dengan mata kepala kita sendiri bahwa ada orang yang membutuhkan uluran tangan kita
BalasHapusKunjungan perdana di sini sahabat dan juga follow.
BalasHapusMakasih atas berbagi ceritanya...cambukan buat diri sendiri
Pena hadir dan absen malam sobat...menyimak cerita di atas pena
BalasHapuspelajaran yg sangat berharga yg sudah saya dapat setelah membaca artikel ini, manusia memang tak bisa hidup sendiri, dan perlu bantuan orang lain, terima kasih sobat, salam kenal
BalasHapusalhamdulillah memberi manfaat :)
BalasHapus