4
Tak Mau Kau di Dekatku
Posted by Faril Lukman
in
puisi
Kau selalu datang saat aku mulai berdiri
Menyibakkan daun telingaku sebelah kiri
Membisikkan kata yang tak kupahami
Tapi langsung berada di hati
Seperti kata itu memang berasal dari diri ini
Kuakui memang kaulah yang paling ahli
Kau menuduhku mengusirmu saat kuangkat telapak tangan
Membuatmu merasa panas berserakan
Di sekitarmu, kadang di belakang, kadang di bagian depan
Tapi kutahu kau takkan menyerah
Kau bilang aku sama saja seperti sampah
Yang kekuatannya hanya sebentar, kemudian melemah
Saat itulah kau katakan padaku agar pasrah
Pasrah pada rayuanmu yang tak mungkin berkah
Di saat yang ketiga, kupikir itulah puncaknya
Selalu kau berhasil memasukkan kata-kata
Merayuku dengan dunia dan isinya
Agar aku lupa akan bilangan yang keberapa
Aku benar-benar lupa
Aku benar-benar tak ingat ini yang keempat atau yang ketiga
Aku menyerah tak berdaya
Kuakui memang kaulah yang paling ahli
Seperti kata itu memang berasal dari diri ini
Tapi di mana kau saat aku melaksanakan dua dan tiga?
Apa karena terlalu sedikit untuk kuingat bilangannya?
Atau karena kau sibuk dengan yang lainnya?
Aku tak peduli dan kuharap kau tak juga datang saat yang tiga dari lima
Aku hanya bisa berlindung pada Tuhanku
Darimu
Dari mereka yang sepertimu
Dari mereka yang menyerupaimu
Dari diriku yang mudah tertipu
Dari diriku yang kurang ilmu
Maafkan aku Tuhan
Mereka masih bisa menggodaku yang lemah iman
:: Berapa bintang yang kau beri? ::.
Menyibakkan daun telingaku sebelah kiri
Membisikkan kata yang tak kupahami
Tapi langsung berada di hati
Seperti kata itu memang berasal dari diri ini
Kuakui memang kaulah yang paling ahli
Kau menuduhku mengusirmu saat kuangkat telapak tangan
Membuatmu merasa panas berserakan
Di sekitarmu, kadang di belakang, kadang di bagian depan
Tapi kutahu kau takkan menyerah
Kau bilang aku sama saja seperti sampah
Yang kekuatannya hanya sebentar, kemudian melemah
Saat itulah kau katakan padaku agar pasrah
Pasrah pada rayuanmu yang tak mungkin berkah
Di saat yang ketiga, kupikir itulah puncaknya
Selalu kau berhasil memasukkan kata-kata
Merayuku dengan dunia dan isinya
Agar aku lupa akan bilangan yang keberapa
Aku benar-benar lupa
Aku benar-benar tak ingat ini yang keempat atau yang ketiga
Aku menyerah tak berdaya
Kuakui memang kaulah yang paling ahli
Seperti kata itu memang berasal dari diri ini
Tapi di mana kau saat aku melaksanakan dua dan tiga?
Apa karena terlalu sedikit untuk kuingat bilangannya?
Atau karena kau sibuk dengan yang lainnya?
Aku tak peduli dan kuharap kau tak juga datang saat yang tiga dari lima
Aku hanya bisa berlindung pada Tuhanku
Darimu
Dari mereka yang sepertimu
Dari mereka yang menyerupaimu
Dari diriku yang mudah tertipu
Dari diriku yang kurang ilmu
Maafkan aku Tuhan
Mereka masih bisa menggodaku yang lemah iman
:: Berapa bintang yang kau beri? ::.
4 percakapan:
heran pada diri sendiri, pertama kali baca pikiranku aneh2...
BalasHapussetelah dicerna baru ngerti, 5 =D
maaf membuat heran..
HapusSeperti kata itu memang berasal dari diri ini <-- karena sesungguhnya syaitan berjalan pada diri anak Adam melalui aliran darah.
BalasHapusSmoga kita termasuk orang-orang yang terlindung dari mereka..
Hapus