0

Seperti Adik Kecil yang Dibohongi

Posted by Faril Lukman in
Kau datang seperti seorang kakak bagiku; melindungiku, menolongku, membimbingku, menuntunku. Kita selalu tertawa bersama saat orang lain menghina keberadaanku, itu karena kau selalu menghiburku. Kau menjagaku dari mereka yang hendak memanfaatkanku dan menipuku. Mengarahkanku ke jalan yang baik agar kakiku tak basah oleh genangan air. Menyokongku agar tumbuh menjelma menjadi beringin yang kokoh  dalam pusaran angin.
Hidupku sangat tertolong oleh kehadiranmu, menyingkirkan mereka yang membodohiku, mengambil keuntungan dariku. Tanpamu, aku akan goyah ditimpa ombak samudera, merobohkan layar yang kukemudikan susah payah. Berkatmu, aku menjadi bintang yang mulai menampakkan sinarnya sendiri di gelapnya malam. Kehadiranmu memberikan asa yang tak akan pernah terputus meski waktu berhenti.


Seperti senja yang meredupkan matahari, seperti hujan yang merontokkan panas. Bagai air yang menyegarkan dahaga, bagai sungai yang mengaliri lahan tandus. Layaknya tempurung kura-kura, layaknya atap setiap rumah. Itulah dirimu menurut pandanganku.

Semua itu ada dalam pikiranku sebelum aku mengenalmu lebih jauh, memahami setiap neuron yang saling menyambung di dalam otakmu. Menyelami kehidupanmu tanpa kau ketahui, aku lakukan demi mengetahui warna kanvasmu sebelum kau balur dengan tinta cerahmu. Meneliti setiap bekas pijakan kakimu yang masih berbekas di rerumputan, ternyata rumput itu mengering setelah terinjak olehmu!
Nyatanya kau yang tertawa dalam hati saat mereka menghina keberadaanku. Nyatanya kau yang sebenarnya memanfaatkan kemampuanku untuk menyingkirkan musuhmu. Nyatanya kau yang menipuku dengan semua tingkah indahmu. Nyatanya kau yang memasukkan kaki kananku ke genangan lumpur. Nyatanya kau lah angin yang berusaha merontokkan daun-daunku.
Kenapa baru sekarang aku sadar akan permusuhanmu padaku dibalik kesucian senyum pahitmu. Kenapa baru sekarang aku tau kaulah yang menikam jiwaku saat aku memejamkan mata. Kenapa baru sekarang aku mengerti apa arti setiap bahasa tubuhmu yang memberikan harapan kosong. Kenapa baru sekarang aku memahami maksudmu menuntunku melewati curamnya tebing.
Ternyata kau tak lebih baik dari orang yang pernah menjatuhkanku, bahkan kau lebih membenamkanku di pasir hidup. Memberikan hanya seutas benang untukku bertahan, tapi kemudian kau memotongnya sambil tertawa di belakang. Dalam dekapan lumpur, aku pun sempat berteriak menyumpahimu: SUATU SAAT NANTI, AKU PASTI AKAN MEMBUNUHMU!!!


Terinspirasi oleh: Penjajahan Jepang di Indonesia



:: Berapa bintang yang kau beri? ::.

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © sedetik di bulan All rights reserved. Black Sakura | Faril Lukman | Nurul Rizki | Pambayun Kendi.
Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive